Berpidato Tanpa Teks
Kemampuan khusus yang harus dilatih adalah:
1. menentukan tema pembicaraan yang akan
disampaikan dalam
pidato;
2. mencatat pokok-pokok pembicaraan yang
akan disampaikan
dalam pidato; dan
3. menyampaikan pidato tanpa teks dengan
lafal, intonasi, nada,
dan sikap yang tepat.
Penampilan seorang pembicara ketika
sedang berpidato menjadi pusat
perhatian pendengar. Semua yang ada pada
pembicara semuanya
diperhatikan, mulai dari pakaian,
potongan rambut, sampai caranya
berjalan menuju podium. Bahkan cara
berdirinya pun tidak luput dari
pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara
merata menjangkau semua
pendengar baik yang di depan maupun yang
di belakang, baik yang di
sebelah kiri maupun yang di sebelah
kanan, pandangan yang merata itu
sebaiknya harus disertai dengan senyum
ceria yang ikhlas. Gunanya adalah
agar semua pendengar merasa diajak
bicara.
Agar kegiatan pidato yang dilakukan
menarik hati dan perhatian
pendengar, seorang pembicara harus mampu
memilih metode pidato yang
baik.
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan
melalui dua cara, yakni dengan
menghafal naskah pidato (memoriter) terlebih
dahulu atau hanya menuliskan
topik-topik pokoknya yang dijabarkan
dalam kerangka (ekstemporan).
Berpidato dengan cara menghafal hanya
bisa dilakukan kalau
naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami
karena kemampuan manusia
untuk menghafalkan naskah sangat
terbatas. Berpidato dengan
menghafalkan naskah sebenarnya
bertentangan dengan kebiasaan seharihari.
Oleh karena itu, bila sudah sangat
terpaksa, berpidato dengan cara
menghafalkan naskah harus kita hindari.
Lebih baik naskah pidato kita
baca berulang-ulang saja (tidak perlu
dihafalkan). Artinya, kalimatkalimatnya
tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya sama.
Pidato jenis ini yaitu dengan cara
menuliskan pesan pidato kemudian
diingat kata demi kata. Seperti
manuskrip, memoriter memungkinkan
ungkapan yang tepat, organisasi
berencana, pemilihan bahasa yang teliti,
gerak dan isyarat yang diintegrasikan
dengan uraian. Tetapi karena pesan
sudah tepat, maka tidak terjalin saling
hubungan antara pesan dengan
pendengar, kurang langsung, memerlukan
banyak waktu dalam persiapan,
kurang spontan, perhatian beralih dari
kata-kata kepada usaha mengingatingat.
Bahaya besar timbul bila satu kata atau
lebih hilang dari ingatan.
Teknik menghafal (memoriter) mempunyai
keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain:
1. lancar kalau benar-benar hafal;
2. tidak ada yang salah kalau benar-benar
hafal; dan
3. mata pembicara dapat memandang
pendengar.
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1. pembicara cenderung berbicara cepat
tanpa penghayatan;
2. tidak dapat menyesuaikan dengan
situasi dan reaksi pendengar; dan
3. kalau lupa, pidatonya gagal total.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah
dengan cara membuat
catatan garis besar pidato dan
menjabarkannya ke dalam kerangka
(ekstemporan). Berpidato dengan cara ini
sangat dianjurkan karena sifatnya
sangat fleksibel. Pembicara dituntun oleh
kerangka yang dibuatnya.
Kerangka itu dikembangkan secara langsung
dan dilihat saat diperlukan
saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan
dengan reaksi dan situasi
pendengar. Kalau kerangka pidato yang
dibuat sudah dapat diingat
pembicara dapat tampil tanpa membawa
secarik kertas. Hal ini tentu lebih
baik lagi, karena pembicara lebih
konsentrasi meningkatkan kualitas
pidatonya agar lebih menarik.
Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai
keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain:
1. pokok-pokok isi pidato tak ada yang
terlupakan;
2. penyampaian isi pidato runtut;
3. kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4. interaksi dengan pendengar sangat
komunikatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar