Unsur Ekstrinsik
Cerita (Cerpen/Novel)
Unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita. Nilai-nilai itu antara lain: nilai agama, nilai moral,
nilai sosial, nilai budaya.
1.
Nilai
Agama
Nilai
agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang
bersumber dari agama tertentu.
Contoh:
Ahim memperlama sujudnya. Ia banyak
meminta di tiap sujud karena sujud
adalah saat dikabulkannya doa. Ia dengan sepenuh hati meminta kepada Allah agar
dimudahkan menghadapi ujian nasional esok. Ahim telah mempersiapkan diri secara
maksimal, tetapi ia yakin apa yang akan ia dapat adalah apa yang akan Ia
karuniakan kepadanya.
Nilai agama yang terkandung dalam
penggalan cerita di atas adalah meminta kepada Allah saat sujud dalam salat.
2.
Nilai
Moral
Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam
cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam
cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
Contoh:
Amak menatap
orang itu dengan nanar. Apa yang diucapkan oleh mulut perempuan itu seperti
sekeranjang sampah yang sudah sangat membusuk. Ini hal baru bagi Amak.
“Kau kerja di
sini harus izin dulu, tak bisa sekehendak perutmu!”
Perempuan itu
sudah paruh baya. Buruknya isi lidahnya mengimbas kepada keburukan wajahnya.
Nilai
moral yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang
jelek, yaitu seorang perempuan yang sangat kasar mulutnya pada orang lain.
Adi mengangkat tubuh Haikal ke
pundaknya. Hah…berat juga, katanya dalam hati. Ia berjalan pelan menuruni
bukit. Ia harus segera tiba di perkampungan terdekat agar nyawa sahabatnya ini
bisa diselamatkan. Gigitan ular berbisa di tempat mereka berkemah semalam,
tampak membuat kaki kanan Haikal membiru kehitaman.
Nilai
moral yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang
baik, yaitu kesetiaan seorang sahabat yang berjuang menyelamatkan nyawa
sahabatnya.
3.
Nilai
Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang
berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu
daerah.
Contoh:
Pusing kepala
Inop sekarang. Rasanya tumbuh sebuah uban sehari di kepalanya. Ke mana hendak
dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga calon
mertuanya. Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu istilah
untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada keluarga calon
mempelai perempuan.
“Apa yang harus
aku lakukan sekarang, Mak?” tanya Inop agak melotot kepada Amaknya.
“Kau sudah aku
bilang, tak usah buru-buru kawin. Ka babini seperti orang sasak cirik sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.
Sekarang bukan
satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop.
Nilai budaya
yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah kebiasaan di suatu tempat
di Ranah Minang, pihak calon mempelai laki-laki memberi sesuatu kepada pihak
keluarga calon mempelai perempuan.
Mantepp :-)
BalasHapus