Selasa, 08 Januari 2013

membaca

Setiap hari berbagai buku, majalah, dan surat
kabar yang berisi informasi penting atau berita
diterbitkan. Begitu banyak informasi yang tersedia
dan harus kita baca untuk memperluas pengetahuan
kita. Untuk itu, kita harus memiliki kemampuan
membaca cepat agar lebih banyak informasi dan
pengetahuan yang kita peroleh.
Membaca adalah kegiatan yang mengerahkan
sejumlah tindakan meliputi kemampuan mengamati,
mengerti, dan mengingat isi tulisan. Kegiatan
membaca melibatkan mata dan pikiran. Pemahaman
dan kecepatan membaca bergantung pada
kecakapan kita dalam menjalankan kedua organ
tubuh tersebut.

Pembaca yang efisien dapat mengatur
kecepatan membaca sesuai dengan keperluannya.
Untuk keperluan mengenal bahan yang akan dibaca
atau mencari jawaban atas pertanyaan tertentu serta
untuk menemukan gagasan umum dari suatu bacaan,
diperlukan teknik membaca cepat yang disebut
teknik layap (skimming) dan teknik pindai (scanning).
Teknik Layap
Teknik layap adalah cara membaca cepat untuk
mengambil intisari dari suatu bacaan berupa ide pokok
atau detail penting. Teknik ini dapat membantu siswa
untuk mengetahui ide pokok buku-buku pegangan
pada tiap pelajaran atau untuk penyegaran bacaan
yang pernah dibawa. Bagi mereka yang sehari-hari
disibukkan dengan pekerjaan, tetapi perlu mendapat
informasi dari berbagai bacaan, teknik layap dapat
membantu menyerap informasi secara cepat.
Pada saat kalian membaca dengan teknik layap,
gerakan mata hampir seperti jika membaca lengkap.
Perbedaannya adalah perhatian penuh kita curahkan
pada ide pokok atau detail penting, sedangkan
informasi yang kurang penting kita lewati saja.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
membaca dengan teknik layap.
1. Buatlah pertanyaan tentang informasi apa yang
kalian perlukan.
2. Bila yang kalian baca adalah buku, lihatlah daftar
isi atau kata pengantar, dan carilah informasi
yang kalian perlukan tersebut.
3. Bacalah isi bacaan dengan menelusuri bagianbagian
yang mengandung ide pokok dari tiaptiap
paragraf. Kemudian melompat dan berhenti
pada beberapa fakta, detail tertentu yang penting
dan menunjang ide pokok.
4. Ide pokok atau detail penting dengan mudah
dapat kita kenali sesuai topik yang menjadi
perhatian kita.
Membaca dengan teknik layap bukanlah hal
yang mudah. Kemampuan ini dapat kita peroleh
melalui latihan secara intensif.

paragraf narasi

Paragraf Narasi
Paragraf narasi merupakan salah satu jenis paragraf yang mengisahkan
suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi
terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita.
1. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu
kejadian atau peristiwa.
2. Paragraf narasi runtut cerita adalah pola pengembangan yang menceritakan
suatu urutan dari tindakan atau perbuatan dalam menciptakan
atau menghasilkan sesuatu.
Berdasarkan jenis cerita, narasi dibagi menjadi dua macam.
1. Narasi yang mengisahkan peristiwa yang benar-benar terjadi atau
cerita nonfiksi. Misalnya, cerita perjuangan pahlawan, riwayat atau
laporan perjalanan, biografi, dan autobiografi.
2. Narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau
imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman,
cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Jenis karangan narasi ini disebut
karangan narasi sugestif. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal
atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap
peristiwa.

nothing

Sastra Melayu Klasik/Hikayat
       Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita yang dibacakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau untuk meramaikan pesta. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.

Karakteristik
Sastra Melayu Klasik/Hikayat
1. Anonim, yaitu tidak dikenal nama pengarangnya,
2. Istana sentris, yaitu mengisahkan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana / kerajaan,
3. Bersifat statis, artinya
tidak mengalami perubahan atau perkembangan
4. Bersifat komunal, artinya menjadi milik masyarakat
5. Mengunakan bahasa klise, yaitu kata-kata yang diulang-ulang; contoh : hatta …., maka ….,
    alkisah….., dst.
6. Bersifat tradisional, artinya meneruskan tradisi / kebiasaan lama yang dianggap baik
7. Bersifat didaktis (mendidik), baik didaktis moral maupun didaktis religius,
8. Menceritakan kisah universal manusia, yaitu peperangan antara tokoh baik dan buruk, dan    
    selalu dimenangkan oleh yang baik
9. Sebagian besar berupa sastra lisan (disampaikan dari mulut ke mulut);
10. Tidak berangka tahun (tidak diketahui secara pasti kapan karya tersebut dibuat)
11. Mengandung hal-hal yang aneh, ajaib, atau mustahil.

Unsur-Unsur Intrinsik Sastra Melayu Klasik
1. Tema adalah ide pokok yang mendasari sebuah cerita. Pada umumnya naskah Melayu Klasik     
    mempunyai tema perjuanganm percintaan, pendidikan, dan keagamaan.
2. Tokoh dan Penokohan.
3. Latar: (1) latar tempat; (2) latar waktu; dan (3) latar keadaan.
4. Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita.
5. Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan membentuk suatu cerita.
6. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
7. Gaya bahasa

opini tajuk rencana

Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
       Opini tajuk rencana pada judul pembahasan maksudnya adalah opini redaksi dalam tajuk rencana tersebut. Opini redaksi ini adalah simpulan redaksi terhadap permasalahan yang diangkat dalam tajuk rencana, atau jalan keluar yang ditawarkan terhadap permasalahan yang dibahas dalam tajuk rencana.  Opini redaksi ini biasanya terletak pada bagian akhir dari tajuk rencana.
Contoh tajuk rencana
(1)Tajuk Rencana Kompas
     Rabu, 12 Januari 2011
Kritik atas Kebohongan Publik
       Keresahan sejumlah tokoh agama mengawali tahun 2011 bukan tanpa alasan. Mereka menyuarakan keresahan umat. Seruannya jelas, pemerintah melakukan kebohongan-kebohongan publik. Kekuasaan atas nama rakyat dikelola tidak terutama untuk kebaikan bersama. Kebohongan dilakukan oleh eksekutif, yudikatif, dan legislatif—tiga lembaga negara demokratis.
       Peristiwa aktual-heboh pelantikan terdakwa kasus korupsi Wali Kota Tomohon, Jefferson Rumajar, dan penanganan terdakwa kasus mafia pajak, Gayus Tambunan, sekadar contoh. Legalitas pelantikan berbenturan dengan rasa keadilan publik. Kasus pelesir Gayus ke Bali, Makau, dan entah ke mana lagi mungkin hanya penyimpangan kasus raksasa masalah mafia pajak. Dua contoh di atas merupakan puncak gunung es sikap dasar tidak jujur, tertutup, praksis politis yang menafikan kebaikan bersama sebagai acuan berpolitik. Media massa sudah nyinyir menyampaikan praksis kebohongan yang seolah-olah majal berhadapan dengan kerasnya batu karang nafsu berkuasa.
       Begitu liat-rakusnya kekuasaan sampai kebenaran yang menyangkut data pun dinafikan. Kebohongan demi kebohongan dilakukan tanpa sadar sebagai bagian dari praksis kekuasaan tidak prorakyat. Jati diri sosiologi praktis para tokoh agama adalah menyuarakan seruan keresahan dan keprihatinan umat. Kita tangkap dalam ranah itulah kritik atas kebohongan publik para tokoh agama.
       Kritik atas kebohongan niscaya disampaikan semata- mata karena rasa memiliki atas masa depan negeri bangsa ini. Seruan mereka tidak dengan maksud mengajak berevolusi, tetapi menyuarakan nurani etis-moralistis. Mereka pun tidak bermaksud membakar semangat revolusioner, tetapi penyadaran bersama tentang gawatnya keadaan. Suara kenabian mengajak laku otokritik, bersama-sama melakukan evaluasi dan refleksi. Kekuasaan atas mandat rakyat perlu dikelola untuk bersama-sama maju.

menulis paragraf eksposisi

Di dunia pengobatan, nama tanaman inkgo biloba sudah tidak asing
lagi. Ekstrak daunnya banyak digunakan dalam penyediaan suplemen
untuk kebugaran otak. inkgo biloba merupakan tanaman yang jarang
ditemui di Indonesia. Tanaman tersebut berasal dari Cina. Di negeri Cina
tanaman tersebut sebagai obat batuk, asma, alergi, mengatasi gangguan
jantung dan paru-paru.
Sumber: Intisari, Juni 2007
Paragraf di atas termasuk paragraf eksposisi. Paragraf eksposisi adalah
paragraf yang menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan sebuah
benda, gagasan, atau ide. Paragraf eksposisi lebih mengarah pada tingkat
kecerdasan atau akal. Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf
eksposisi disertai data, seperti grafik, gambar, data statistik, contoh, denah,
organogram, dan peta. Penulisan paragraf eksposisi biasa didahului
dengan penelitian.
Tujuan paragraf eksposisi sebagai berikut.
1. Memberikan informasi atau keterangan yang terperinci mengenai
objek.
2. Memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
Hal-hal yang diungkapkan atau dijelaskan berupa informasi. Informasi
tersebut dapat berupa (a) hal, kondisi, atau fakta yang benar-benar terjadi
(misalnya fungsi oksigen dan air bagi makhluk hidup, proses bekerja
mesin) dan (b) analisis atau penafsiran terhadap suatu fakta.
Anda dapat mengikuti langkah-langkah membuat paragraf eksposisi
berikut ini.
1. Mencari topik-topik yang berkaitan dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2. Mengembangkan topik menjadi sebuah karangan. Sebaiknya Anda
membuat pola pengembangan terlebih dahulu agar karangan Anda
runtut atau sistematis. Pola karangan eksposisi bisa dimulai dari hal
yang bersifat umum ke khusus atau dari khusus ke umum.
3. Memberikan rincian atau gagasan pendukung. Tujuannya agar
karangan Anda menjadi lebih terarah.
Contoh:
a. Pelatih
1) Kualitas
2) Peran dalam pelatihan
b. Pemain
1) Kualitas
2) Peran dalam pertandingan
4. Mengembangkan gagasan pokok dan gagasan pendukung menjadi
karangan yang utuh dan padu.

berpidato tanpa teks

Berpidato Tanpa Teks
Kemampuan khusus yang harus dilatih adalah:
1. menentukan tema pembicaraan yang akan disampaikan dalam
     pidato;
2. mencatat pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan
     dalam pidato; dan
3. menyampaikan pidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada,
    dan sikap yang tepat.
Penampilan seorang pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat
perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara semuanya
diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caranya
berjalan menuju podium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput dari
pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara merata menjangkau semua
pendengar baik yang di depan maupun yang di belakang, baik yang di
sebelah kiri maupun yang di sebelah kanan, pandangan yang merata itu
sebaiknya harus disertai dengan senyum ceria yang ikhlas. Gunanya adalah
agar semua pendengar merasa diajak bicara.
Agar kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian
pendengar, seorang pembicara harus mampu memilih metode pidato yang
baik. 
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan
menghafal naskah pidato (memoriter) terlebih dahulu atau hanya menuliskan
topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka (ekstemporan).
Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan kalau
naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia
untuk menghafalkan naskah sangat terbatas. Berpidato dengan
menghafalkan naskah sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan seharihari.
Oleh karena itu, bila sudah sangat terpaksa, berpidato dengan cara
menghafalkan naskah harus kita hindari. Lebih baik naskah pidato kita
baca berulang-ulang saja (tidak perlu dihafalkan). Artinya, kalimatkalimatnya
tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya sama.
Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan pidato kemudian
diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan
ungkapan yang tepat, organisasi berencana, pemilihan bahasa yang teliti,
gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan
sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan
pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan,
kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingatingat.
Bahaya besar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.
Teknik menghafal (memoriter) mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain:
1. lancar kalau benar-benar hafal;
2. tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
3. mata pembicara dapat memandang pendengar.
 
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1. pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
2. tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar; dan
3. kalau lupa, pidatonya gagal total.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat
catatan garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka
(ekstemporan). Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya
sangat fleksibel. Pembicara dituntun oleh kerangka yang dibuatnya.
Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat saat diperlukan
saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan situasi
pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat
pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih
baik lagi, karena pembicara lebih konsentrasi meningkatkan kualitas
pidatonya agar lebih menarik.
Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain:
1. pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
2. penyampaian isi pidato runtut;
3. kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4. interaksi dengan pendengar sangat komunikatif.

homograf

Homograf adalah kata-kata yang sama ejaannya tetapi lafalnya berbeda, dan kemungkinan artinya juga berbeda.

1. teras : diucapkan dengan /e/ pepet, artinya tingkat atas.
    Ayah Ibrahim pejabat teras di Departeman Pertahanan Keamanan RI.

    teras : diucapkan dengan /e/ teteng, artinya serambi rumah
    Imron sedang duduk di teras rumah bersama bunda.

2. apel : diucapkan dengan /e/ pepet, artinya nama buah.
    Kota Malang terkenal sebagai kota apel.

    apel : diucapkan dengan /e/ teteng, artinya berkumpul untuk mendengarkan amanat.
    Anggota Brimob Kelapa Dua sedang apel pagi di halaman upacara.

3. tahu : diucapkan dengan /h/, artinya nama sejenis makanan.
    Ibu menggoreng tahu untuk makan siang.

    tahu : diucapkan tanpa /h/, artinya mengetahui.
    Syifa tahu bahwa bunda sayang padanya.

bidal

Bidal atau peribahasa  yaitu kiasan kata atau bahasa berkias dan beribarat.

Penggolongan bidal menurut asal kejadiannya:
1. bidal dari lingkungan petani
Contoh:
a. Dahulu bajak daripada jawi.
b. Pagar makan tanaman.

2. bidal dari lingkungan rumah tangga
Cotoh:
a. Sambil berdiang nasi masak.
b. Besar pasak daripada tiang.

3. bidal dari kalangan guru dan alim ulama
Contoh:
a. Lancar kaji karena diulang, pasa jalan karena ditempuh.
b. Lubuk akal tepian ilmu.

4. Bidal dari kalangan pedagang
Contoh:
a. Murah di mulut, mahal di timbangan.
b. Seperti menghasta kain sarung.

5. Bidal dari kalangan nelayan
Contoh:
a. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
b. Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa yang tahu.

6. Bidal yang mengisahkan suatu dongeng atau cerita
Contoh:
a. Katak hendak jadi lembu.
b. Lebai malang


Jenis-jenis bidal
Menurut susunan katanya dan gunanya, bidal dapat dibedakan menjadi:
1. ungkapan (idiom)
yaitu satu atau beberapa kata yang diucapkan tidak dengan arti sebenarnya atau arti kiasan. Guna ungkapan untuk memberi teguran halus atau kiasan terhadap suatu kejadian tingkah laku manusia.
Contoh :  panjang akal, manis mulut, tebal telinga, keras kepala, jantung hati.
Contoh idiom dalam kalimat:
a. Orang itu anaknya selilit pinggang.
b. Selama sakit patah seleraku.
c. Dia padai bertanam tebu di bibir.
d. Rumah pemulung itu berlantai tanah, beratap bintang-gemintang.

kalimat majemuk

Kalimat  majemuk adalah kalimat yang merupakan penggabungan dari dua buah kalimat tunggal.
Macam-macam kalimat majemuk:
1.       Kalimat majemuk setara
2.       Kalimat majemuk bertingkat
3.       Kalimat majemuk campuran
A.      Kalimat  Majemuk Setara
Dalam kalimat majemuk setara kedudukan pola-pola kalimat sama tinggi, tidak ada pola kalimat yang menduduki satu fungsi dari kalimat yang lain.
 Macam-macam kalimat majemuk setara:
1.       Setara menggabungkan
Penggabungan itu dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai  kesenyapan antara  atau dirangkaikan dengan kata tugas sperti: dan, lagi, sesudah itu, karena itu
-          Ahim membaca Alquran dan Imron menghafal hadis.
-          Syifa telah mempelajari secara mendalam ilmu ekonomi dan perbankan syariah,  setelah itu ia mendirikan bank  sendiri.
2.       Setara memilih
Kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah  atau.
-          Kautinggal saja di sini atau pergi merantau mencari ilmu.
-          Lakuka sesuatu atau engkau akan menyesal selamanya.
3.       Setara mempertentangkan
Kata tugas yang dipakai dalam hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya.
-          Sudah sepantasnya Edi Purnomo menikah, tetapi  sampai hari ini ia acuh tak acuh saja jika ditanya.
-          Bukan harta berlimpah yang ia inginkan, melainkan ketenangan hidup dalam keberkahan iman dan harta yang halal.
-          Ia tahu hal itu dosa, hanya setan laknatullah telah menguasai dirinya.
B.      Kalimat  Majemuk  Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya  tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi lebih tinggi dari pola lain. Bagian yang lebih tinggi disebut  induk kalimat, bagian yang lebih rendah disebut  anak kalimat.
Sesuai dengan fungsinya anak kalimat dapat  dibagi atas:
1.       Anak kalimat yang menduduki fungsi inti (subjek atau predikat)
Contoh:
Yang harus menyelesaikan pekerjaan itu telah meninggal dunia sehari yang lalu.
Yag harus menyelesaikan pekerjaan itu adalah anak kalimat yang menduduki fungsi sebagai subjek.
2.       Anak kalimat yang menduduki fungsi tambahan
a.       Sebagai pelengkap
Contoh:
·         Ia tidak mengetahui bahwa kami telah pergi meninggalkan Kampung Banda Gadang selama-lamanya.
·         PT  Yura Islami Internasional telah menganugerahkan sepuluh ribu rumah kepada para fakir miskin yang telah terbukti dan teruji menjalani hidup dalam kejujuran dan keimanan.

rumpun bahasa

Rumpun bahasa berdasarkan genealogi (=asal-usul dan sejarah perkembangan yang sama):

1. rumpun Indo-Eropa:
- bahasa German
- bahasa Keltik
- bahasa Baltik
- bahasa Slavia
- Albania
- Yunani
- Armenia
- Indo-Iran

2. rumpun Semito-Hamit:

3. rumpun Finno-Ugria

4. rumpun Ural-Altai

5. rumpun Sino-Tibet

6. rumpun Austria :
- rumpun Austro-Asia
- rumpun Austonesia

7. bahasa-bahasa lain di Asia dan Ocenia yang tidak masuk salah satu rumpun di atas:
- bahasa Irian
- bahasa Dravida
- bahasa Australia
- bahasa Andaman

8. rumpun bahasa bantu

9. rumpun bahasa-bahasa Sudan

10. bahasa-bahasa Khoisan: bahasa-bahasa orang kerdil di Afrika

11. bahasa-bahasa Amerika Utara:
- Algonkin
- Irokes
- Penutia
- Sioux
- Uto-Aztek
- Athabascan

12. bahasa-bahasa Amerika Tengah:
- Maya
- Otomi
- Mixe-Zoke

13. Bahasa-bahasa Amerika Selatan:
- Arawak
- Karibi
- Tupi-Guarani

alat ucap

Ada tiga alat ucap yang perlu untuk menghasilkan bunyi ujaran:
1. udara, yang dialirkan keluar dari paru-paru
2. artikulator, bari dari alat ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan bunyi
3. titik artikulasi, bagian dari alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator

Dalam menimbulkan bunyi ujaran /k/ misalnya dapat kita lihat kerjasama antara ketiga faktor di atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu bagian belakang lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya, udara terhalang. Dalam hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya karena belakang lidah merupakan alat ucap yang bergerak atau digerakkan sedangkan langit-langit lembut menjadi titik artikulasinya karena ia tidak bergerak.

Yang termasuk alat-alat ucap adalah : paru-paru, tenggorok (larinx--Latin), di ujung atas tenggorok terdapat pita suara. Ruang di atas pita suara hingga ke perbatasan rongga hidung disebut: pharinx.

Alat-alat ucap dalam rongga mulut adalah:
1. bibir (Latin: Labium)
2. gigi
3. lengkung kaki gigi (Latin: alveolum)
4. langit-langit keras (Latin: Palatum)
5. langit-langit lembut (velum
6. anak tekak (uvula)
7. lidah, yang terbagi atas:
    a. ujung lidah (apex)
    b. lidah bagian depan
    c. lidah bagian belakang
    d.akar lidah

awalan awalan baru

Awalan-Awalan Baru

1. tak
Bentuk ini dipakai untuk mengimbangi istilah-istilah asing yang memakai awalan  a-. Gunanya untuk menidakkan suatu hal.
takssosial
taksadar
takinsaf
takorganik

2. purba
Prefiks ini disejajarkan dengan awalan asing  ante :  antedate, antedelivium.
purbatunggal
purbakala
purbasangka

3. prati
Kata-kata asing yang mengandung arti anti atau kontra diimbangi dengan  prefiks  prati, diambil dari bahasa Sansekerta.
pratirasa = antipati
pratijangkit = antiseptis
pratikunjung

4. swa
Swa mengandung arti sendiri, dipakai untuk menggantikan prefiks auto.
swadidik  = autodidak
swasembada
swakuasa = autokrasi
swariwayat = autobiografi

5. dwi
Prefiks  dwi  senilai dengan  bi-  dalam bahasa asing.
dwiwarna
dwibahasa
dwiroda
dwiminggu
dwipihak

Di samping prefiks  dwi  ditemukan juga prefiks dengan kata-kata bilangan lain
tri (tiga) : trikora, trirangkai
catur  (empat) : caturtunggal
panca (lima) : pacasila, pancaindra, pancadharma

6. antar
Senilai dengan inter dalam bahasa asing.
antartempat  =  interlokal
antarhubungan = interelasi
antarkota
antarsekolah
antarhubungan

7. pra
Untuk menggantikan awalan sing : pre, prae.
pratinjau = preview
prasejarah - prehistorie
prasangka
prasejarah
prarasa
prasaran
prakarya

8. serba
arti semua
serbabaru
serbaada
serbaguna
serbasalah

kalimat perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi permintaan/menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Sebab itu perintah meliputi suruhan yang keras hingga ke permintaan yang sangat halus. Begitu pula perintah dapat ditafsirkan sebagai mengijinkan seseorang mengerjakan sesuatu atau menyatakan syarat untuk terjadinya sesuatu , malahan sampai kepada tafsiran makna ejekan atau sindiran.
     Suatu perintah dapat pula berbalik dari menyuruh menjadi mencegah atau melarang.

Macam-macam kalimat perintah:

1. perintah biasa
- usirlah ayam itu!
- pergilah dari sini!
- selesaikan ujian bahasa Indonesia itu dengan baik!

2. permintaan
- tolong bantu saya mendorong mobil ini ke rumah!
- coba ambilkan gelas itu!

3. izin
- ambillah buah mangga itu semaumu!
- tinggalkan saja kalau kau tak mau!

4. ajakan
- mari kita jaga kebersihan rumah kita!
- baiklah kamu mencari ibumu di hutan sana!

5. syarat
- tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkan kepadamu

6. cemooh/sindiran
- buatlah sendiri kalau engkau bisa!
- tangakaplah jika engkau berani!

7. larangan
- jangan lewat jalan ini!
- jangan bicara seenak perutmu!


   
Ciri-ciri kalimat perintah:
1. intonasi keras, terutama perintah biasa dan larangan
2. kata kerja yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
3. menggunakan partikel pengeras:  lah

kalimat berita

Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Orang yang menyampaikan peristiwa tersebut berusaha mengungkapkannya seobjektif mungkin. Ia boleh menyampaikannya secara lansung atau secara tak langsung.
a. ucapan langsung
- Ahim mengatakan, "Aku akan merantau ke Madinah."
- "Aku tak akan menyerah sebelum berhasil," kata Imron tegas.

b. ucapan tak langsung
- Neneng mendirikan panti asuhan yatim piatu.
- Syifa menyantuni fakir  miskin setiap bulan.


     Ciri-ciri formal yang dapat membedakan kalimat berita dari kalimat lain hanyalah intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja dengan kalimat lain. Suatu bagian dari kalimat berita  dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal ini bagian tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut mendapat intonasi yang lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai kalimat seperti ini disebut intonasi pementing.

jenis jenis puisi lama

1. bidal
2. pantun
3. karmina
4. talibun
5. syair (dari Arab)
6. gurindam (dari Arab)
7. seloka (dari Arab)

Ada beberapa bentuk puisi dari pengaruh Parsi-Arab yang dipakai di Indonesia namun kurang populer yaitu:
1. matsui (madah)
2. rubai
3. gazal
4. kith'ah
5. nazam

tipe tipe peserta diskusi

1. tipe suka berbicara
Banyak sekali gagasan yang ingin disampaikannya, baik ada argumentasi atau tidak. Interupsilah secara bijaksana dan batasi waktu bicaranya.

2. tipe positif
Kehadirannya sangat menghidupkan suasana diskusi. Berikan kesempatan mengumukakan pendapat yang lebih banyak.

3. tipe sok tahu
Bersikap angkuh dan sok tahu banyak hal. Berilah kesempatan peserta lain untuk "memukulnya".

4. tipe suka bertengkar
Tipe ini selalu ingin menyanggah pendapat orang lain dan ingin memonopoli pembicaraan. Pemimpin diskusi harus tenang dan menghentikan keinginan memonopolinya dengan cara yang bijaksana.

5. tipe pemalu

tujuan menyimak

Salah satu keterampilan bahasa ialah menyimak. Menyimak
menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar
seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses
menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar
dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses
menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam
rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut
misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan
informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspekaspek
sebuah bahasa.
Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek
bahasa meliputi hal-hal berikut.
a. Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal yang
membentuknya seperti alat ucap yang disebut dengan ilmu fonetik dan
fonemik.
b. Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan unsur-unsur
kalimat.
c. Pembagian kosakata dan hal yang menyangkut makna.
d. Makna kata berdasarkan situasi dan konteks pemakaiannya.
e. Makna budaya yang tercakup dan tersirat dalam suatu pesan, dan
sebagainya.

jenis jenis kata keterangan

Jenis-Jenis Kata Keterangan

1. keterangan tempat (lokatif)
menjelaskan dalam ruang mana suatu perbuatan atau peristiwa berlangsung. biasanya dinyatakan oleh kelompok kata yang didahului kata tugas: di, ke, dari, pada, dll.

2. keterangan waktu (temporal)
menjelaskan dalam bidang waktu yang manakah  suatu perbuatan itu terjadi ; biasanya dinyatakan
dengan kata tugas : kemarin, sekarang, besok, lusa, dll.

3. keterangan alat (instrumental)
menerangkan dengan alat manakah perbuatan itu dilakukan. biasanya dinyatakan dengan kelompok kata :
dengan + kata benda.
-Ibrahim menaklukkan Palestina dengan armada kapal laut yang tangguh.

4. keterangan kesertaan (komitatif)
menjelaskan ikut sertanya seseorang dalam suatu tindakan. biasanya dinyatakan dengan kelompok kata:
dengan + orang, dan kata tugas: bersama.
- imron bersama ayah menangkap harimau yang mengganggu penduduk Duri.

5. keterangan sebab (kausal)
menyatakan sebab atau alasan mengapa suatu peristiwa terjadi. biasanya didahului kata-kata tugas: sebab, karena, oleh karena.

6. keterangan akibat (konsekutif)
menjelaskan  hasil atau akibat yang diperoleh karena suatu tindakan. hasil dicapai secara wajar. keterangan ini biasanya didahului kata-kata tugas: sehingga, sampai, akibatnya.

7. keterangan tujuan ( final)
menjelaskan hasil dari suatu perbuatan yang dengan sengaja dikehendaki. kata-kata tugas yang dipakai adalah: untuk, guna, supaya, agar

8. keterangan perlawanan ( konsesif)
menjelaskan berlakunya suatu perbuatan berlawanan/bertentangan dengan keadaan atau kehendak si pembicara. kata tugas yang mendukung: meskipun, biarpun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, biar.
- kojek tetap gagal sekalipun ia telah mengerahkan segala kemampuannya

9. keterangan pembatasan
menjelaskan dalam batas-batas mana saja suatu perbuatan boleh dilakukan
kata tugas:  kecuali, selain

10. keterangan situasi
menjelaskan dalam suasana apa suatu perbuatan dilaksanakan.
-dengan tersenyum ia menanti kedatangan malaikat maut

11. keterangan kualitatif
menjelaskan dengan cara mana atau bagaimana suatu pebutan dilaksanakan
- syifa berjalan dengan cepat

majas


Dalam penggunaan bahasa, untuk berbagai keperluan, baik lisan
maupun tulisan, baik resmi maupun tidak resmi, kita sering menggunakan
atau menemukan penggunaan majas. Penggunaan majas
tersebut salah satunya untuk mengungkapkan suatu maksud.
Untuk mempermudah pemahaman Anda, di bawah ini akan
diuraikan macam-macam majas, sebagai berikut.

1. Litotes
Majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan
merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya
atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan
katanya. Contoh:
a. Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
b. Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada artinya
sama sekali bagimu.

2. Paradoks
Majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta-fakta
yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian
karena kebenarannya. Contoh:
a. Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaan yang
berlimpah-limpah.
b. Dina merasa kesepian di tengah-tengah keramaian kota.

3. Pleonasme
Majas ini mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang
diperlukan. Contoh:
a. Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
b. Saya melihat kejadian itu dengan mata kepala saya
sendiri.

4. Elipsis
Majas ini berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang
dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi
pola yang berlaku. Contoh:
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau
tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis ... .

5. Metonimia
Majas ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu
hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Contoh:
Pena lebih berbahaya dari pedang.

6. Persamaan atau simile
Majas ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang
dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia
memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan
itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan
sebagainya. Contoh:
a. Kikirnya seperti kepiting batu.
b. Mukanya merah laksana kepiting rebus.

7. Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya
darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna sebuah
metafora dibatasi oleh sebuah konteks. Contoh:
Perahu itu menggergaji ombak.

8. Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan)
merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan
benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Contoh:
a. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu
menambah lagi ketakutan kami.
b. Kata-katanya tajam seperti mata pisau.

9. Ironi atau sindiran
Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud
berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh:
a. Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik
di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!
b. Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan
kita melintas.

kalimat aktif pasif

Kalimat Aktif-Pasif

Kalimat Aktif
Adrian mengunjungi daerah yang terkenal dengan kupukupunya.
Wenas melaporkan peristiwa itu dengan runtut.

Kalimat Pasif
Daerah yang terkenal dengan kupu-kupunya dikunjungi Adrian.
Peristiwa itu dilaporkan Wenas dengan runtut.

Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Kalimat aktif: - Kalimat yang subyeknya melakukan
pekerjaan seperti yang disebutkan dalam
predikat.
- Predikat biasanya menggunakan imbuhan
me- atau me-kan.
Kalimat pasif: - Subyek merupakan tujuan dari pekerjaan
di dalam predikat.
- predikat biasanya menggunakan imbuhan
di- atau di-kan.

Latihan
1. Ubahlah kalimat aktif berikut ini menjadi kalimat pasif
a. Danau itu mengeluarkan bau belerang.
b. Aku melihat pemandangan yang sangat indah.
c. Penjaga warung itu melayani pengunjung dengan ramah.
d. Matahari menyinari danau sehingga tampak berkilauan.

2. Tentukanlah kalimat aktif dan pasif dalam paragraf berikut
ini!
Ketika melewati rumah hijau itu, ada sesuatu
yang aneh. Setiap pagi biasanya aku melihat orang
tua menyirami tanaman. Tanaman yang disirami
setiap pagi itu subur dan segar. Namun pagi itu
terlihat layu dan ada sebagian tanaman yang
menguning. Sejak rumah itu ditinggal penghuninya,
tidak semarak lagi. Seperti aku yang pagi itu juga
merasa kehilangan. Tak ada lagi sapa dan senyum
yang menyapaku ketika melewati orang tua itu.

makna konotatif dan denotatif

Makna Konotatif dan Denotatif
Untuk memahami kata denotasi dan konotasi Anda dapat
membaca berbagai wacana pada pembelajaran sebelumnya sebagai
bahan untuk menemukan kata denotasi dan konotasi.
Dilihat dari maknanya, kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kata bermakna denotasi dan kata bermakna konotasi. Disebut denotasi
karena maknanya bersifat umum dan secara langsung menunjukkan
makna yang sebenarnya (lugas). Disebut konotasi karena mengandung
makna tambahan, kesan, dan nilai rasa yang dinyatakan secara langsung
(kias). Konotasi adalah perubahan nilai arti kata disebabkan si pendengar
memakai perasaannya untuk mengartikan kata itu,
Perhatikan kalimat berikut.
1. Pada hari ulang tahun kakak mendapatkan bunga yang harum.
2. Semua pemuda mengagumi bunga desa yang cantik itu.
Kata bunga pada kalimat nomor 1 mengandung makna denotasi.
Adapun kata bunga desa pada kalimat nomor 2 mengandung
makna konotasi. Konotasi dapat dibedakan antara konotasi positif
dan konotasi negatif. Konotasi positif mengandung nilai rasa lebih
tinggi, baik, halus, sopan, dan menenangkan. Konotasi negatif
mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, dan tidak sopan.
Contoh kata gugur dan mampus makna denotasinya adalah mati,
namun kata mampus termasuk konotasi negatif sedangkan gugur
memiliki konotasi positif.
Perhatikan kalimat berikut.
Cut Nyak Dien gugur ketika berjuang melawan penjajah.
Kita mengenal beberapa makna kata, yakni makna leksikal,
struktural, dan kontekstual. Makna leksikal adalah makna kata yang
sesuai dengan kamus. Makna struktural adalah makna kata yang
relevan setelah kata itu ada dalam kalimat. Makna kontekstual adalah
makna kata berdasarkan uraian yang lebih luas disertai dengan
situasi yang berhubungan dengan tema atau kejadian tertentu. Ketiga
jenis makna itu saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam
membentuk makna sebuah wacana.