Selasa, 08 Januari 2013

berpidato tanpa teks

Berpidato Tanpa Teks
Kemampuan khusus yang harus dilatih adalah:
1. menentukan tema pembicaraan yang akan disampaikan dalam
     pidato;
2. mencatat pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan
     dalam pidato; dan
3. menyampaikan pidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada,
    dan sikap yang tepat.
Penampilan seorang pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat
perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara semuanya
diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caranya
berjalan menuju podium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput dari
pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara merata menjangkau semua
pendengar baik yang di depan maupun yang di belakang, baik yang di
sebelah kiri maupun yang di sebelah kanan, pandangan yang merata itu
sebaiknya harus disertai dengan senyum ceria yang ikhlas. Gunanya adalah
agar semua pendengar merasa diajak bicara.
Agar kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian
pendengar, seorang pembicara harus mampu memilih metode pidato yang
baik. 
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan
menghafal naskah pidato (memoriter) terlebih dahulu atau hanya menuliskan
topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka (ekstemporan).
Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan kalau
naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia
untuk menghafalkan naskah sangat terbatas. Berpidato dengan
menghafalkan naskah sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan seharihari.
Oleh karena itu, bila sudah sangat terpaksa, berpidato dengan cara
menghafalkan naskah harus kita hindari. Lebih baik naskah pidato kita
baca berulang-ulang saja (tidak perlu dihafalkan). Artinya, kalimatkalimatnya
tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya sama.
Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan pidato kemudian
diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan
ungkapan yang tepat, organisasi berencana, pemilihan bahasa yang teliti,
gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan
sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan
pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan,
kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingatingat.
Bahaya besar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.
Teknik menghafal (memoriter) mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain:
1. lancar kalau benar-benar hafal;
2. tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
3. mata pembicara dapat memandang pendengar.
 
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1. pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
2. tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar; dan
3. kalau lupa, pidatonya gagal total.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat
catatan garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka
(ekstemporan). Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya
sangat fleksibel. Pembicara dituntun oleh kerangka yang dibuatnya.
Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat saat diperlukan
saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan situasi
pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat
pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih
baik lagi, karena pembicara lebih konsentrasi meningkatkan kualitas
pidatonya agar lebih menarik.
Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain:
1. pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
2. penyampaian isi pidato runtut;
3. kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4. interaksi dengan pendengar sangat komunikatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar