Selasa, 08 Januari 2013

contoh resensi

Bocah-Bocah Penantang Badai



 

Judul buku                     :  Laskar Pelangi
Pengarang                     :  Andrea Hirata
Penerbit                        :  Bentang, Jakarta
Tahun terbit                   :  2007
Tebal                             :  563 halaman
Harga                            :  Rp60.000,00
Dalam jagad kepengarangan nama Andrea Hirata tidak dikenal. Ia pun bukan seorang yang membiarkan dirinya menjadi seorang penulis. Ia lebih menekuni suatu keterampilan guna mewujudkannya dalam suatu jenis pekerjaan tertentu. Jelas belum ada maksudnya untuk menjadi seorang yang mentransfer ilmu lewat goresan pena. Namun, gebrakan pertamanya di dunia penulisan langsung menggetarkan, pun pada para penulis yang telah punya nama besar. Buku pertama Andrea langsung meledak. Buku ini dicetak berkali-kali dalam dalam hitungan bulan. Suatu prestasi bersejarah yang cukup sulit dicari tandingannya.
Laskar pelangi bercerita tentang para bocah yang saling mempunyai perbedaan. Satu hal yang sama pada mereka yaitu mereka sama-sama punya Buk Muslimah, seorang guru yang punya gudang cinta yang padat sesak. Cinta Bu Muslimah menjadi semangat yang bergelora bagi mereka dalam menjalani hari-hari belajar. Waktu berjalan terasa sangat cepat saat bersama Bu Muslimah. Semua kesulitan terasa mudah saat mereka berkumpul bersama. Para bocah itu melalui hari-hari yang penuh kenangan. Yang manis terasa sangat manis, yang pahit terasa manis. Episode sekolah dasar ini telah menumbuhkan sebuah pohon cita-cita yang besar berurat berakar dalam jiwa mereka. Kelak mereka akan menantang badai seganas apa pun demi mencapai cita-cita tersebut.
Semua pembaca dalam kelas umur apa pun pasti termotivasi setelah membaca Laskar Pelangi. Semua hal sederhana dalam Laskar Pelangi, kecuali impian. Anak-anak sederhana dalam segala keadaan mereka, ternyata punya impian yang sangat luar biasa. Dan terbukti, orang menjadi seperti apa yang ia impikan.
Bahasa enak dibaca, renyah, dan lucu. Artinya pembaca sering tergelitik untuk tersenyum atau tertawa ketika membaca buku ini. Yang mengherankan adalah kok penulis begitu bersemangat memakai bahasa Latin untuk nama-nama tertentu. Adakah niat untuk memadukan keterbelakangan latar cerita Laskar Pelangi dengan kesan keilmiahan dari istilah-istilah bahasa Latin itu? Ya, supaya jangan terlihat terlalu di pedalaman.
Hal yang paling patut diberi masukan adalah kertas buku ini yang kertas buram. Padahal, harganya cukup lumayan. Lagipula, pada beberapa cetakan ada halaman-halaman yang kosong. Cetakan terkesan tidak rapi, tidak profesional, dan buru-buru.
Semua orang layak membaca buku ini. Buku ini memberi pencerahan, memberi semangat baru, dan memberi hiburan. Buku ini harus menjadi koleksi para pecinta buku berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar